Sumpah Pemuda 28 Oktober -1928-2018 : Identitas Pemuda
Identitas
Pemuda dalam Sumpah
Kisah
kaum muda terdahulu bukanlah dongeng atau cerita fiktif belaka. Mereka adalah
manusia biasa akan tetapi nyata dalam gerakan, yang telah mengukir prestasi
gemilang di masa mudanya. Identitas sebagai pemuda telah tertanam dalam jiwa
mereka, semangat yang membara untuk bergerak melakukan sesuatu hal, semagat
patriotisme atau kesaktriaan maupun kepemimpinan itu telah teruji dengan
persoalan yang mereka hadapi. Sehingga Identitas tersebut mampu melahir gerakan
sejarah yang telah dibuktikan dengan sumpah kebangsaan. Sungguh karya yang
sangat luar biasa!
Lalu,
jika mereka pada usia mudanya telah berhasil mempersembahkan karya yang luar
biasa, bahkan ada yang rela mempersembahkan dirinya untuk membela bumi pertiwi
dari para penjajah bangsa dan tanah air ini, maka pertanyaanya, apakah kita
siap melanjutkan semangat hal itu, semangat untuk memperjuangkan kepentingan
kebangsaan dan negara ini?, tentu jawabannya terletak.
Refleksi pemuda dalam sumpah pemuda
Peristiwa
sumpah pemuda pada 1928 menjadi titik balik sejarah tentang hasrat untuk
menyiapkan kemerdekaan. Peristiwa menjadi embrio jejaring pemuda antar etnis
dan geogrfis, sehingga mampu memproduksi energi anak-anak bangsa untuk
menyongsong kemerdekaan pada 1945. Tentu rangkaian sejarah paruh pertama abad
ke XX yang berpengaruh penting dalam historiografi Indonesia.
Momentum
sumpah pemuda mengingatkan kita tentang subtansi persatuan dan kecintaan
terhadap tanah air. Interaksi antarkomunitas dengan formula bahasa yang ditabalkan
sebagai roh sumpah pemuda, dalam konteks ini menemukan ruang refleksi sebagai
performa kepemimpinan di tengah krisis kemanusiaan.
Selain
refleksi krisis kebangsaan, permsalahan bangsa indonesia diawal abad 20 yang
ditandai kesadaraan keindonesiaan sedang tumbuh subur, sangat berbeda dengan
kondisi di abad ini ketika kebersamaan untuk menjaga persatuaan sebagai bagian
nation-state “dihajar” dihajar oleh kompetisi global, perebutan kekuasaan,
kontestasi ideologi maupun langkah politik yang hanya mencari dan menetapkan
kepentingan disisi objektif masing-masing, sehingga berdampak pada kebijakan
publik. Visi kaum pemuda transformatif yang berpijak pada nilai-nilai humanis
dan ekologis penting sebagai penggerak nilai-nilai keindonesiaan, untuk
menjemput sebuah kesatuan dan persatuan dalam kebangsaan dan kenegaraan.
Persoalan
kepemudaan tak sekedar hadir dalam gerakan-gerakan ambisi semata, maupun
kepuasan terhadap tuntutan. Akan tetapi ia mampu meciptakan sebuah
langkah-langkah yang memberikan solusi dalam pembangunan dan keutuhan negeri
ini. Pemuda hadir sebagai subjek pemikir dan penggerak dalam membangun bangsa
ini. Dalam konteks ini, pemuda tak sekedar menjadi figur bagi dirinya sendiri,
bukan hanya mampu menjadi pemicu konflik ataupun menciptakan sebuah massa aksi,
melainkan ia juga menjadi oase bagi kegersangan nilai, maupun pemompa semangat
bagi bangsa yang sedang mengalami kesenjangan sosial, ekonomi, politik dan
budaya.
Sumpah Kepemimpinan Pemuda untuk
Bangsa
Sumpah
Pemuda 1928 penting sebagai refleksi untuk menggerakkan spirit komunikasi
cerdas, strategi menghadapi dan menyelesaikan konflik yang elegan dan kecintaan
kepada bangsa dan tanah air. Sumpah kepemimpinan pemuda dinegeri ini perlu
diformulasi ulang agar berefek pada komitmen dan semangat dalam pergerakan.
Bukan model sumpah jabatan hanya begerak pada alur formal, tanpa penghayatan
spritual maupun tanggung jawab kultural. Lihat saja, sumpah anggota dan para
pejabat tak hanya mencerminkan sikap anggota dan para pejabat saat ini, bahkan
bisa dikaitkan dengan sumpah dihadapan jutaan warga negari ini dan dibawah
syahadat kitab suci, tak mempan menahan goadaan korupsi dan perbuatan tak
sepatutnya sebagai panutan. Tapi perlu menjadi landasan historis dan teladan terhadap
sumpah kepemimpinan pemuda disaat sekarang ini ialah Gajah Mada dengan sumpah
palapa yang memberikan semangat untuk memperjuangkan Nusantara.
Gajah
Mada menabalkan sumpah bukan untuk hasrat pendek dengan luapan egoisme,
melainkan sebagai bentuk pengabdian, pernyataan, pengharapan, dan pembuktian. Gajah
Mada berujar, “ Jika telah berhasil menundukkan nusantara, saya baru akan
istirahat. Sumpah inilah diucapkan sebagai janji sepenuh hati pada 1256 saka
atau 1334 masehi. Gerakan pemuda harus memurnikan sumpahnya sebagai sumber
kekuatan natural maupun spranatural, sehingga konsistensi terhadap setiap
gerakan maupun perjuangan tidak berpengaruh dari pada sifat-sifat oportunis,
disamping ia pahlawan.
Generasi
intelektual akhir ini sangat memperihatinkan, tidak sedikit pemuda hari ini
terperangkap dalam kultur budaya yang sebenarnya sangat bertolak belakang
dengan kultur negeri ini, bahkan terbentuknya jati diri setiap anak muda,
sangat berpengaruh dari tranding topik kehidupan dari luar negeri. Bahkan sungguh sangat miris lagi, jikalau
identitas dan ideologi yang telah menjadi budaya kultur jalan dan kehidupan
para pemuda itu dipengaruhi dari luar, sehingga sering kali berakhir pada
gerakan dan tututan yang radikal dan separatisme, dan sangat buruknya lagi
mampu mengklaim bahwa sesat dan sudah gila. Gerakan perjuangan pemuda sampai
hari ini tidak lebih dari sedikit yang memperjuangkan hak kepentingan halayak
umum, melainkan kepentingan kelompok sering disusupi di otak para pemuda. Tentu
saja identitas pemuda sebagai roda penggerak bangsa ini sering mandek atau stop
dan beralik ke langkah yang menguntung dirinya secara pribadi, padahal ia
mengatas namakan bangsa dan tanah air dalam perjuangannya.
Sedangkan
mengkaji wajah pemuda saat sekarang ini. apalagi pemuda hari ini berada pada fase
Z atau generasi milenia/ideal, bahkan akan menyongsong datangnya sulvus
demografi/bonus demografi ditahun mendatang, yang pembahasanya dan kajianya lebih
kepada pendidikan/keahlian dan kepemipinan. Apakah hal ini akan menjadi
keuntungan terhadap identitas para pemuda atau akan ikut arus layaknya
kepentingan politik praktis saat sekarang ini. Lalu dimanakah letak identitas
pemuda yang dinantikan atau yang telah disebutkan oleh Sayyidina Ali, Imam
Syafi’i atau bahkan yang disebutkan oleh Bung Karno tentang legaslitasnya
selaku pemuda.
Tentu,
jika melihat kondisi Indonesia saat ini, perjuangan founding father yang
sebelumnya merupakan pemuda dapat menjadi refleksi. Mereka bergerak dengan visi
kepentingan umum, kebangsaan dan ke-indonesia-an. Sedangkan saat ini,
perjuangan pemuda tidak sedikit dari jumlah pemuda yang terlibat dalam
perjuangan kepentingan umum, tapi tunduk sama atasan, tunduk sama
kesenioritasan, dan tunduk pada kepentingan pribadi, bahkan sungguh sangat
ironisnya sekali, jikalau tunduk pada imam yang dianggap sebagai orang yang
mampu menyelematkan tetapi perjuangannya harus diarahkan pada kepentingan
mengubah ideologi negara dan bangsa, sampai harus berperang antar sesama
saudara. Sehingga sumpah kepemimpinan pemuda kita sudah mulai kerdil dan tidak
tau arahnya dimana.
Indonesia
hari melalui peringatan sumpah pemuda sangat membutuhkan pemuda visioner yang
berpihak dan bergerak untuk kepentingan keutuhan bangsa dan negara ini. Mampu
mentransformasikan nilai-nilai perjuangan para pemuda terlebih dahulu yang
telah lahir dan bersumber dari perjuangan sumpah pemuda. Sehingga kepemimpinan
pemuda mutlak dilakukan untuk menjemput masa depan bangsa dan negara indonesia
secara optimis. Indonesia saat ini membutuhkan sumpah dan tindakan konkret..
Selamat Bersumpah Kembali. Sekian dan Terima Kasih. ( Maros, 28 Oktober 2018 ( MA))
Komentar
Posting Komentar