Perayaan 17 Agustus di Era New Normal

 

17 Agustus di Era New Normal


Gambar (ilustrasi) Menghargai Perjuangan Bangsa Indonesia, Jogja

Pendemi Covid-19 belum usai, bahkan semua negara yang terkenah dampak masih harus berhadapan dengan aturan atau peraturan terkait penanganan covid-19 tersebut. Indonesia sendiri sedang menerapkan New Normal, Pembatasan social berskala masih terjadi, Sosial Distancing atau jaga jarak masih diterapkan atau aturan protocol kesehatan masih berlaku dan harus dilaksanakan. Berbagai sector terkena imbasnya, seperti halnya sector kegiatan atau perayaan hari-hari besar yang ditandai dengan hari nasional menjadi terbatas.

Sama halnya dengan perayaan hari 17 agustus yang sebentar lagi akan dirayakan, Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang setiap tahunnya, yang diperingati secara meriah dari ujung Sabang sampai Merauke. Euphoria 17 Agustus menjadi semangat tumbuhnya nasionalisme dalam diri setiap orang di negara Indonesia, pelaksanakan upacara pengibaran bendera merah putih didapatkan disetiap lini, sampai kegiatan lomba dan dokrasi menjadi ingatan para pejuang dalam memperjuangkan atau memerdekakan Indonesia dalam belengguh penjajahan. Hal itu terjadi ditahun sebelumnya.

Namun, peringatan tersebut nampaknya tidak dapat dilakukan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, akibat pandemi covid-19 yang melanda 6 bulan terakhir ini. Upacara kemerdekaan yang rutin dihelat setiap 17 Agustus di pagi hari, seperti halnya yang disaksikan dimedia atau ikut serta hadir di berbagai tempat, menjadi berbeda dengan tahun sebelumnya. Tahun ini akan dilaksanakan secara lebih sederhana, minimalis, dan tentu mematuhi protokol kesehatan pencegahan virus Corona tersebut. Hal ini sesuai dalam Pedoman Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) RI Ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) Tahun 2020 yang dikeluarkan Menteri Sekretaris Negara.

Perayaan 17 Agustus tahun ini tidak membuat orang Indonesia harus bersedih, tetapi harus menjadi penyemangat dalam menjalankan kehidupan normal baru ini. Ada yang masih ingat dengan lirik lagu ini ?

Mari kita bergembira, suka ria bersama

Hilangkan sedih dan duka, mari nyanyi bersama

Lenyapkan dukalara, bergembira semua!

La la la la la la la, mari bersuka ria! (dan seterusnya)

Atau mungkin ada yang sudah lupa atau bahkan ada yang tidak mengetahuinya, disebabkan karena belum lahir saat lagu ini dirilis. Karya musik berirama Lenso ini memiliki judul "Bersuka Ria". Dirilis pada tahun 1965, lagu ini digubah oleh dua orang. Jack Lesmana mengkomposisi musiknya, sementara Bung Karno menulis liriknya. Iya, Sukarno sebagai Presiden RI menulis langsung setiap kata. 

          Melalui lirik lagu diatas memberikan makna terhadap kemerdekaan yang harus disambut dengan kemeriaan dan kegembiraan, semangat dan kebahagiaan. Karena semangat bung karno dan para pejuang kemerdekaan ialah dengan semangat bersuka ria, ialah dengan kesimpulan "Bersuka Ria" adalah enkapsulasi makna merdeka ala Sukarno. Merdeka artinya berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya. Maka itulah Trisakti, trisakti adalah landasan kemerdekaan Indonesia yang sejati. Bebas dari kungkungan penjajahan gaya lama dan baru. Menjadi ekspresi sekaligus media edukasi makna kemerdekaan tersebut, dengan melalui edukasi akar rumput ini, diharapkan rakyat Indonesia tidak mengambil kemerdekaan itu for granted namun sebagai perjuangan dan perebutan para pejuang bangsa dan negara terdahulu.

          Diera baru ini atau disebut sebagai New Normal sebagaimana pandemic covid-19, dan bahkan telah dituliskan sebagai era demokrasi yang telah menjadi semangat dari 20 tahun sebelumnya. Seharusnya kemerdekaan itu harus sepenuhnya dirasakan dan dinikmati oleh semua penduduk masyarakat Indonesia. Hak berbangsa dan bernegara harus tertunaikan dalam kehidupannya, tidak ada penindasan dan kemelaratan yang harus dirasakannya, kehidupan yang merata dan kesejahteraan menjadi tujuan utama yang harus tertunaikan. Peraturan perundang-undangan tidak menjadi pisau tajam untuk mengiris dan menancapkan ketubuh masyarakatnya sendiri. Karena kita hidup dalam sebuah kata ialah Gotong-Royong. Maka mari memaknai kemerdekaan itu sebagai wujud kebebasan dari belenggu yang biadab, sebagai wujud kesejahteraan dari ketidak merataan, dan sebagai wujud keadilan dari pada penindasan.

          Upacara hari esok menjadi petanda dari diproklamirkannya kemerdekaan itu, dengan suara tegas menyatakan kemerdekaan, dan pendirian diatas kekuasaan sendiri, tanpa berada dibawah naungan neo-kolonialisme dan imperialism. Maka penting kemerdekaan itu harus diteguhkan dalam diri masing-masing, sebagai jati diri bangsa yang besar dan luas dan penuh dengan keberadaban.

          Meski digelar dengan lebih sederhana dan minimalis tahun ini, perayaan kemerdekaan Republik Indonesia tetap harus khusyuk dengan menjaga semangat, gairah, dan kreativitas masyarakat. Agenda rutin tahunan berupa karnaval, pawai, termasuk lomba apapun tahun ini ditiadakan untuk mencegah penyebaran covid-19. Selain itu, dihimbau masyarakat untuk tetap mengikuti protokol kesehatan untuk meminimalisir penularan COVID-19. “Kemeriahan dan keseriusan hari kemerdekaan akan tetap terjaga di seluruh Indonesia secara virtual atau melalui daring. Namun Untuk turut memeriahkan hari kemerdekaan ini, masyarakat agar berpartisipasi di lingkungan rumahnya masing-masing.

          Sehingga semangat dalam merayakan kemerdekaan tersebut tetap ada dan tetap harus tumbuh nilai nasionalisme dalam diri kita semua, sebagai penghargaan kita terhadap pejuang dalam memerdekakan negara Indonesia, dan wujud cinta kita terhadap bangsa kita semua.

Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-75 “Indonesia Maju”.

Maros, 16 Agustus 2020

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Etika Profesi Hukum

REVIEW BUKU SISTEM SOSIAL INDONESIA DR. NASIKUN (Muhammad Agung)

Kekerasan Terhadap Pemuka Agama