Nuzulul Qur'an

Nuzul Qur'an.
Kata Nuzul berarti turun atau bertempat maupun berkumpul. Sedangkan kata Qur'an berasal dari kata qaraa berarti bacaan. Sedangkan jikalau di transpormasikan dalam satu kalimat maka akan berbentuk dan akan dibaca dengan sebutan Nuzulul Qur'an yang berarti secara hakiki tidak cocok sebagai Al-Qur’an sebagai kalam Allah yang berada pada Dzat-Nya, sebab dengan memakai ungkapan “diturunkan” menghendaki adanya materi kalimat, atau lafal, atau tulisan yang ril yang harus di turunkan. Karena itu arti kalimat Nuzulul Qur’an itu harus di pakai makna majazi yaitu menetapkan atau memberitahukan atau menyampaikan Al-Qur’an, baik di sampaikannya Al-Qur’an ke Lauh Mahfudh atau ke Baitul Izzah di langit dunia maupun kepada Nabi Muhammad SAW sendiri ( pengertian jumhur ulama ).
Nuzulul Qur'an adalah proses sejarah yang begitu spektakuler, dimana proses tersebut mampu mengesahkan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul di hadapan para manusia di dunia, walaupun jauh sebelumnya sudah disebutkan akan adanya sang penutup dari pada diantara nabi dan rasul mulia tersebut.
Nuzulul Qur'an menjadi tanda pada bulan ramadhan, bulan yang sangat mulia diantara bulan yang lain, bukan berarti bulan secara penyebutan yang mulia, akan tetapi apa yang terkandung dalam bulan tersebut. "Bulan ramadhan adalah bulan di adakannya Al-Qur'an". Sejarah membuktikan dari berbagai penelitian telah menyampaikan bahwa Al-Qur'an diturungkan dibulan ramadhan, walaupun tepatnya sering kali menjadi perdebatan, karena masing-masing memiliki idjtihad yang menyakinkan, tapi saya rasa bukan hal itu yang menjadi permaslahan, baik diperingati dimalam 17 maupun ditanggal atau waktu yang telah disebutkan.
Tanda awal dari Nuzulul Qur'an adalah adanya Ayat 1-5 daripada surat Al-alaq. Perintah untuk membaca kepada Nabi Muhammad adalah merupakan representatif kepada kita semua, bahwa adanya keharusan untuk membaca, membaca dan terus membaca, dan jangan pernah ada kata berhenti untuk membaca, karena dengan tidak mampuan membaca maka masih ada mekanisme untuk tetap pintar membaca yaitu dengan cara mempelajarinya.
Jadikanlah Nuzulul Qur'an pada tahun 1438 H menjadi revolusi bagi diri kita semua untuk bagaimana menghidupkan atau membudayakan untuk tetap mengaji. Bukan hanya membaca saja, tetapi kita harus memahami dan menjadikan sebagai langkah untuk berprilaku atau dijadikan sebagai iman untuk membimbing kearah yang terarah. Sehingga terciptalah negeri yang disebut Baldhatun Toyyibatun wa Robbul Ghafur. Amin. ( MA ).
#Gerakanmarosmengaji
#Maroskotaliterasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Etika Profesi Hukum

Kekerasan Terhadap Pemuka Agama