Selamat Hari Natal : Natal dan Toleransi Keberagamaan di Nusantara


NATAL DAN TOLERANSI 
KEBERAGAMAAN DI NUSANTARA
oleh :
Fathurrahman Marzuki

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, serta menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling takwa. Sesunggguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Mengawali tulisan ini, penulis mencoba memaparkan sebuah ayat Al Quran yakni Q.S Al Hujurat ayat 13.  Ayat ini penulis coba paparkan lebih awal sebagai bentuk refleksi sekaligus pengingat atas keberagaman yang ada di Nusatara ini. Dimana sudah tergabarkan kemudian difirmankan secara jelas dalam kitabNya.
Moment  Hari Raya Natal yang setiap tahunnya dirayakan oleh saudara kita umat kristiani tentunya membawa suka cita tersendiri. Bagi saudara kita umat kristiani Natal setiap tahunnya merupakan wujud peringatan mereka atas kelahiran yesus sebagai juru selamat yang membawa misi suci yang langsung dititahkan Allah kepadanya. suka cita ini tentunya bukan Cuma dirayakan oleh umat kristiani saja , umat agama di indonesia khususnya umat islam  yang lainpun turut merayakannya meskipun tidak melakukan ritual layaknya umat kristiani pada umumnya. Adapun selebrasi/perayaan yang umum dilakukan masyrakat indonesia sebagai bentuk perhatian antara sesamanya adalah saling memberikan ucapan. 
Namun dibalik suka cita itu ternyata masih ada sebagian orang yang beranggapan bahwa mengucap itu bagian dari tindakan yang tidak boleh dilakukan karena “membahayakan aqidah” karena membawa umat islam pada gerbang “kemurtadan”. Wacana ini sudah lama hidup bahkan mengakar didalam kehidupan kebergamaan kita di Nusantara yang penuh keberagaman agama, suku dan budaya. Hal ini tentu membuat sebagian umat islam yang lainnya yang hidup dalam “keawaman” atau bertaqlid kepada orang yang berkompetible mengeluarkan fatwa” bingung.  Hal inilah yang memanggil penulis menuliskan hal demikian dibalik keterbatasan pengetahuannya.
Penjelasan tulisan ini akan diawali firman Allah Swt Dalam Al-Quran yang mengabarkan kelahiran Isa dari dalam tubuh seorang wanita suci bernama Maryam yang ada dalam Q.S Al Imrat ayat 45 :
“Artinya : (ingatlah) ketika malaikat berkata “Hai Maryam, Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat yang datang dari padaNya, namanya Al Masih Isa Putera Maryam,seorang terkemuka di dunia dan diakhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (Kepada Allah).
Quraish Syihab dalam Tafsir Al Misbah halaman 167, menjelaskan bahwa kejadian ini adalah sebagai anugerah dari Allah Swt dan menciptakan seorang tanpa ada hubungan laki-laki agar menjadi tanda yang sangat nyata tentang kesempurnaan kekuasaanNya sehingga menjadi bukti bagi manusia dan menjadi petunjuk bagi mereka bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah  yaitu dengan melahirkan seorang anak tanpa seorang bapak, dan kejadian ini telah ditakdirkan dan diputuskan Allah kepaa maryam dan hendaknya maryam menerimanya dengan hati yang tentram. Dalam beberapa ayat lain juga banyak menerangkan terkait kelahiran Yesus (Isa As) seperti dalam QS. Maryam ayat 33 sebagai berikut :
Artinya : “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan kembali”.  
Dari beberapa ayat diatas ini kita semakin sulit membuktikan bahwa kelahiran Al Masih Isa (atau kita sebut  Natal dalam budaya Umat kristiani) itu ada perbedaan dengan keyakinan umat islam itu sendiri sehingga kita tidak boleh mengucapkan apalagi merayakan. Jika jelas jelas Allah menyampaikan sendiri secara terbuka dan mengabadikan moment kelahiran Isa As dalam Al QuraanNya, siapa kita yang berhak melarang apalagi sampai mengharamkan jika ikut bersuka cita merayakan kelahiran Nabi Isa As (atau yang oleh umat kristiani katakan yesus) juga sebagai Nabi Ulul Azmi dalam sejarah islam itu sendiri. Bukankah itu bentuk sikap yang berlebihan lagi melampui batas manusia itu sendiri sebagai hamba Tuhan ?
Dalam sebuah tulisan Gusdur juga mengemukaka bahwa “Natal memang diakui oleh kitab suci al-Qur’an, juga sebagai kata penunjuk hari kelahiran beliau, yang harus dihormati oleh umat Islam juga. Bahwa, hari kelahiran itu memang harus dirayakan dalam bentuk berbeda, atau dalam bentuk yang sama tetapi dengan maksud yang berbeda, adalah hal yang tidak perlu dipersoalkan. Jika penulis merayakan Natal adalah penghormatan untuk beliau dalam pengertian yang penulis yakini, sebagai Nabi Allah Swt.”
Dari hal ini dapat kita ambil sebuah pelajaran bahwa rasisme, justifikasi dan bersikap intoleran tanpa landasan kuat membuat mata fikiran kita semakin tertutup dan membuat perbedaan yang seharusnya dikelola dengan penuh kehangatan, kebaikan, sehigga membawa pada ketentraman menjadi rusak dan kacau balau. Pilihan ada pada diri kita, apakah kita mau Nusantara penuh keberagaman ini dirusak ataukah dirawat ? 
Kalau kita bukan saudara dalam iman, maka kita saudara dalam kemanusiaan (Ali Ra)

Sekian terima kasih 
Mandai, 25 Des. 2019

   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Etika Profesi Hukum

Kekerasan Terhadap Pemuka Agama